Friday, September 10, 2010

Peranan Melayu Semananjung di Sulawesi

Sejak kedatangan orang Melayu ke kerajan Gowa, peranannya tidak hanya sebagai pedagang dan ulama, tetapi juga mempengaruhi kehidupan sosial dan politik kerajaan. Besarnya jumlah dan peranan orang Melayu di kerajaan Gowa, menyebabkan raja Gowa XII Karaeng Tunijallo (1565-1590) membangun sebuah mesjid di Mangallekana untuk orang Melayu, sekalipun raja belum memeluk Islam.[2] Dalam struktur kekuasaan kerajaan Gowa, banyak orang Melayu memegang peranan penting di istana kerajaan. Pada masa pemerintahan raja Gowa X (1546-1565), seorang keturunan Melayu berdarah campuran Bajau, Daeng Ri Mangallekana diangkat sebagai syahbandar kerajaan. Sejak saat itu secara turun temurun jabatan syahbandar dipegang oleh orang Melayu. Jabatan penting lainnya ialah sebagai juru tulis istana. Pada masa Sultan Hasanuddin (1653-1669), seorang Melayu Incik Amin menjadi juru tulis istana sekaligus penyair.

Peranan orang Melayu di kerajaan juga meliputi sastra dan pengajaran agama Islam. Beberapa naskah keagamaan dan karya-karya sastra diterjemahkan dari bahasa Melayu ke bahasa Bugis. Seperti Hikayat Rabiatul Adawiah, Hikayat Isma yatim, Hikayat Muhammad Hanafiah, Hikayat Shahi Mardan Ali Al Murtada, Hikayat Puteri Jauhar Manikam. Tradisi intelektual berlanjut hingga abad ke-19 dengan penulisan ulang Sureg I Lagaligo karya sastrawan Melayu Johor, Ratna Kencana atau Collipujie Arung Pancana Toa Datu Tanate.

Percampuran Etnis

Tidak dapat diketahui pasti kapan orang Melayu Pattani dan Minangkabau mulai bermukim di Makassar. Beberapa sumber lokal menyatakan bahwa kedatangan orang Pattani dan Minangkabau tak lama setelah kejatuhan Malaka ketangan Portugis pada tahun 1511. Kehadiran Portugis di Malaka menyebabkan kepentingan orang Johor, Pattani, dan Minangkabau menjadi terganggu.

Perkawinan antara kare dan incek, melahirkan generasi masyarakat Melayu-Bugis yang dikenal dengan sebutan tubaji (bahasa Makassar) dan tudenceng (bahasa Bugis). Sepanjang kurang lebih 150 tahun telah terjadi perkawinan campuran di antara para bangsawan Bugis-Makassar dengan orang-orang Melayu. Keturunannya tidak lagi menyebut diri sebagai orang Melayu, melainkan menyebut diri sebagai orang Bugis atau orang Makkassar.

Kembali ke Tanah Melayu

Ketika terjadi ketegangan antara kerajaan Gowa dengan VOC dalam memperebutkan dominasi ekonomi di Indonesia timur sejak awal abad ke-17, orang Melayu dan Jawa yang bekerja pada kantor-kantor asing mendapat pukulan yang berat. Kerajaan sangat curiga pada orang Melayu yang berkarya untuk kegiatan perdagangan Belanda di Makassar. Kecurigaan ini mencapai puncaknya ketika kerajaan Gowa kalah dalam perang Makassar (1667-1669) yang mengakibatkan mereka diusir dari kerajaan. Perang Makassar memaksa Sultan Hasanuddin menandatangani Perjanjian Bongaya yang sangat merugikan Gowa. Akibat perjanjian ini, orang Melayu yang menduduki jabatan di kerajaan bersama orang Bugis lainnya ikut serta meninggalkan Sulawesi menuju kerajaan-kerajaan di tanah Melayu.

Semenanjung adalah tempat penyebaran nenek moyang Bangsa Nusantara

D.Asal-Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia ± 1500 SM, nenek moyang bangsa Indonesia yang di Campa terdesak bangsa lain dari Asia Tengah. Bangsa Indonesia pindah ke Kamboja melanjutkan perjalanan ke Semenanjung Malaka. Yang di Malaka terdesak melanjutkan perjalanan ke daerah Sumatra, Kalimantan, Jawa, serta berada di daerah Filipina melanjutkan perjalanannya sampai di daerah Minahasa dan sekitarnya. Dalam perkembangannya, berbagai bangsa yang mendiami wilayah Indonesia telah membentuk komunitas sendiri sehingga mendapat sebut sendiri seperti Aceh, Kalimantan : Dayak, Jawa Barat : Sunda, Sulawesi : Bugis, Tanah Toraja. Bangsa kulit hitam bercampur dengan bangsa baru datang tersebut dan berkembang menjadi bangsa Indonesia sekarang ini. Berdasar teori, ada 2 hal asal-usul bangsa yang menempati daerah Kepulauan Indonesia : 1.Bangsa Indonesia berasal dari daerah Indonesia sendiri. Dikemukakan Moh Yamin, didukung penemuan fosil-fosil / artefak bangsa Indonesia dari daerah sendiri dan menyebar ke Asia. Dibuktikan ditemukan Sinantropus pekinensis yang diperkirakan hidup sejaman dengan Pithecantropus erectus. 2.Penduduk yang menempati Kepulauan Indonesia diperkirakan berasal dari daratan Asia. Dari Yunan menyebar ke arah selatan hingga sampai ke daerah Kepulauan Indonesia. Ada pendapat masyarakat awal yang menempati wilayah Indonesia termasuk rumpun bangsa Melayu. Bangsa Melayu langsung menjadi nenek moyang bangsa Indonesia dibedakan 2 : 1.Bangsa Proto Melayu Masuk melalui 2 jalan :-Jalan barat melalui Semenanjung Malaya – Sumatra – ke seluruh Indonesia


Bangsa Deutro Melayu Memasuki wilayah Indonesia secara bergelombang sejak tahun 500 SM. Memasuki jalan barat : Semenanjung Malaya – Sumatra dan tersebar ke seluruh wilayah Indonesia. Keturunan bangsa Deutro Melayu : bangsa Jawa, Melayu, Bugis, Minang. Kebudayaan bangsa Deutro Melayu lebih tinggi dari kebudayaan Proto Melayu. Benda kebudayaannya dari logam (perunggu). Kebudayaan mereka sering disebut Kebudayaan Dongson (daerah Teluk Tontin). Hasil kebudayaannya : kapak corong, nekara, bejana perunggu. Dibuat dengan tehnik ruangan (cetakan)bivalve dan a cire perdue. Bangsa Melayu memiliki ciri-ciri Mongoloid disamping ciri Austromelanesoid. Mereka mendiami wilayah Indonesia bagian barat dan bagian tengah. Indonesia bagian timur dan tenggara banyak didiami manusia dengan ciri Austromelanesoid lebih dominan.
Ciri-ciri Mongoloid (mendominasi Melayu Tua dan Muda):
1.Kulit kuning, kecoklatan
2. Rambut lurus 3. kepala bulat 4.Mata agak sipit 5. Hidung sedang 6.Muka lebar dan datar 7.Gigi seri menembilang



Penyebaran Manusia Purba dan Hasil Budayanya di Indonesia Sejarawan Belanda Von Heine Geldern berpendapat sejak tahun 2000 SM, bersamaan zaman Neolitikum sampai dengan tahun 500 SM bersamaan zaman perunggu terjadi gelombang perpindahan penduduk dari Asia ke pulau- pulau di sebelah s elatan daratan Asia. Pulau-pulau di sebelah selatan Asia disebut AUSTRONESIA (Austro = selatan, nesus = pulau). Bangsa Austronesia menempati pulau-pulau yang membentang dari Madagaskar (sebelah barat) sampai Pulau Paskah (sebelah timur) dan Taiwan (sebelah utara) sampai Selandia Baru (sebelah selatan). Pendapat Von Heine Geldern diperkuat penemuan peralatan manusia purba berupa beliung persegi di Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi bagian barat. Beliung ini di Asia ditemukan di Malaysia, Myanmar, Vietnam, dan Kampuchea terutama wilayah Yunan

Penyebaran Melayu Semenanjung ke Nusantara

Melayu di malaysia terbahagi kepada dua Melayu tetap dan Melayu Perantauan (dari Nusantara)

Gelombang Melayu Semenanjung juga berlaku dari Semenanjung ke seluruh Nusantara; seperti di zaman besi di mana penduduk semenanjung berhijrah ke seluruh nusantara termsuk ke filipina.

semenanjung lebih terdedah kepada peperangan terutamanya dari Utara. Empayar Funan yang merangkumi semenanjung hingga ke vienam yang berperang dengan empayar empayar lain di utara menyaksikan perpindahan termasuk Empayar sailendera di jawa pada abad ke 6.

Malaka juga di katakan mempunyai penduduk yang amat ramai dan sebahagian besar berpindah ke demak setelah malaka di tawan portugis.

setengah kerajaan mempunyai bercantum dengan tempat lain di Nusantara yang sering berpindah antara sememnanjung dan nusantara;
1) Empayar Johor riau Lingga - kalau penduduk riau berhijrah ke Johor dan johor ke riau adalah perkara.
2) Perhubungan amat rapat (simbiotik) langkasuka (kelantan-ibukota)dan Kedah Tua dengan Acheh yang beribu tahun lamanya.
3) Empayar Malaka yang merangkumi Sumatera, semenanjung dan kalimantan serta pertalian darah dengan majapahit serta hubungan simbiotik dengan demak menyebabkan penduduk berdagang dan berpindah antara nusantara. 
4) Penduduk nusantara amat mahir dalam jalan laut. lebih senang bagi mereka mengunakan kapal untuk ke semenanjung atau dari semenanjung ke seluruh nusantara untuk tujuan perdagangan.
5) Penduduk Melayu semenanjung yang berpindah ke Sulawesi source: Melayu online (Indonesia) dan wikipedia. Dari beberapa sumber dapat diketahui bahwa sampai tahun 1615, roda perekonomian Sulawesi khususnya perdagangan antarpulau yang melalui pelabuhan Makassar dikuasai oleh orang Johor dan Pattani. Orang Melayu yang sudah bermukim di Sulawesi sejak berabad-abad lalu tetap memiliki hubungan dagang dengan negeri asalnya di tanah semenanjung dan kepulauan Riau.Kembalinya melayu bugis dan bugis kerna hubungan simbiotik adalah biasa. begitu juga dengan penduduk jawa di johor yang di katakan telah berpindah setelah hancurnya malaka.
6) Pengiriman ulama serta penghijrahan penduduk kelantan ke majapahit.

kemasukan balik (seperti balik kembali) penduduk nusantara berlaku sewaktu zaman tun razak dan juga di zaman lain berlaku bila ada sesuatu kawasan baru di buka seperti di kawasan Pulau Pinang. Empayar Johor juga serang mendapat penduduk nusantara kerna ia juga adalah sebagian dari kerajaan meliputi nusantara. Malah sebelum zaman sri wijaya, penduduk nusantara sering berpindah randah. Semenanjung juga amat terdedah dengan serangan pihak Utara menyebabkan ia juga mengirim penduduk hingga ke Filipina.

Apabila Gajah mada membuat Sumpah palapa dengan memasukan semenanjung walaupun semenanjung bukan negeri kepulauan ialah kerana semenanjung mengirim ramai penduduk keseluruh nusantara berabad lamanya.Sehingga ia merasakan semenanjung adalah sebahagian dari penduduk nusantara.

Wednesday, July 28, 2010

Rentaka

Rentaka Ciptaan Melayu

Rentaka,adalah sejenis meriam mudah alih,ringan dan kecil dari meriam biasa).Rentaka adalah senjata khas orang Melayu,kerana mereka sendiri yang menciptanya,

Apa yang unik mengenai senjata ini ialah ianya adalah sebuah meriam mudah alih yang pertama didunia. Rentaka mempunyai mekanisme yang membolehkan ianya dipusing-pusingkan keatas dan kebawah serta boleh dipikul dan dipacakkan di kota, tanah atau belebas kapal dan perahu. Hal ini amat berbeza dengan meriam barat yang sedia di ketahui adalah amat berat dan tidak mudah dialihkan. Ciri mudah alih Rentaka juga menyebabkan bidikannya lebih mudah untuk ken

Istinggar

*Istinggar -senapang

Istinggar pada awalnya ialah sejenis senjata api jenis berat dengan penggunaan fius atau wheel lock.Kemudian ia menjadi sejenis senapang yang menggunakan teknologi flintlock (kancing batu api).Penggunaan flintlock ini meningkatkan kadar tembakan dan mengurangkan kos pembuatan senjata api.Mula diperkenalkan pada 1630 sebagai flintlock musket,istinggar dengan pantas menggantikan teknologi picu senjata api lebih awal,seperti mekanisme kancing sumbu (matchlock) dan kancing roda (wheel lock).

Istinggar juga kerap disebut di dalam hikayat-hikayat lama seperti Sulalatus Salatin (Sejarah Melayu) dan juga Hikayat Megat Terawis. Dalam Hikayat Megat Terawis, dikatakan bahawa Megat telah berjaya membunuh seorang hulubalang yang kebal dan hebat bernama Tun Saban.Tun Saban dikatakan sebagai seorang yang tidak lut kepada segala jenis senjata kecuali istinggar yang dibuat khas pelurunya.Istinggar yang digunakan untuk membunuh Tun Saban dikatakan adalah hadiah daripada ulama dari Hadra-maut kepada raja Pagar Ruyung.

Istinggar inilah yang dikumpulkan terlalu banyak di dalam kota Melaka oleh tentera-tentera Portugis.Istinggar juga digunakan oleh tentera Johor-Riau terutama ketika membantu Belanda menyerang Portugis.Istinggar juga digunakan oleh penduduk di Perak ketika menyerang Belanda yang membina loji-loji di Sungai Perak.

Pemuras


pemuras

Pemuras adalah antara senjata yang gemar digunakan oleh orang-orang Melayu dahulukala.Dalam Perang Naning,catatan askar Inggeris menyatakan orang-orang Melayu amat pandai menggunakan Pemuras ini sehingga Inggeris terpaksa menghantar beberapa kali pasukan tenteranya menentang Dol Said dan Perang Naningadalah sejenis alat bedil muat hadapan dengan laras berkaliber pendek,besar,yang mempunyai muncung peledak hadapan yang berbentuk kembang (funnel-shaped muzzle ).Pemuras ini menggunakan peluru timah hitam (lead)

Senjata Api Melayu

Dunia mengiktiraf pembuatan senjata apa oleh Malaysia sejak abad ke 13 lagi..

Lebih kurang seabad selepas senjata api dicipta oleh 
orang Arab, orang Melayu mula membuat senjata api. 
Bukti kegiatan ini telah didokumenkan oleh W Linehan 
dalam penulisan beliau bertajuk “Beberapa Pertemuan Di 
Tembeling”. Di tebing Sungai Tembeling di Semenanjung 
Malaysia, dia telah menjumpai beberapa acuan untuk 
membuat meriam pada abad ke 13 dan 14. 

Menurut penakluk Melaka, Alfonso d'Albuquerque, 
pembuatan senjata api orang-orang Melaka adalah 
setanding dengan orang Jerman. Ini bermakna ianya 
lebih baik dari orang Portugis, tetapi senjata yang 
terbaik ketika itu adalah dari kerajaan Uthmaniah 
Turki. Apabila Portugis mengalahkan Melaka, mereka 
menjumpai beribu-ribu meriam termasuk satu meriam yang 
begitu besar yang Alfonso telah menghantar ke 
sekutunya di India iaitu Zamorin dari Calicut. 

Meriam-meriam yang dihasilkan oleh kesultanan Melayu 
terdiri dari pelbagai mutu.